[FF] Can We Get Married? – 2

cwm3

 

Can We Get Married?

By: Hanifah Pera

Cast by: Siwon Choi & Yoona Lim

Romance, Comedy, Fiction, Marriage

 

This is fanfiction story, the cast belongs to God yet the plot and story is mine

My fanfiction story is my own rules and rights

Do not ever ask me about the password if you do not obey my rules

My replay is based on how you treat my story

02

 

Masa cuti seminggu ku telah usai. Semuanya kembali seperti semula. Aku pergi bekerja setiap pagi dan pulang ketika sore hari.

Semua teman satu divisiku menagih oleh-oleh padaku kecuali satu orang yang tak mengatakan apapun. Dia diam dibalik kubikelnya. Sesekali ku rasa ia melirikku dengan tatapan bersalah. Aku tak perduli, dia yang tega bermain di belakang ku hingga merusak hubunganku. Sekarang aku sudah melupakan semuanya, sejak aku memindahkan barang-barang pemberian mantan kekasihku ke dalam kardus, aku sudah bertekad untuk menghapus semuanya, maaf saja aku bahkan tak menangisi perpisahan itu.

“Bagaimana liburanmu?”

Salah seorang temanku bertanya sambil mengingit kue buatan Hyori unnie yang ku bawa sebagai oleh-oleh.

“Menyenangkan! Kalian harus kesana apalagi saat musim dingin karena pemandangan nya luar biasa Indah!”

“Tidak biasanya kau mengambil cuti, apalagi seminggu sebelumnya kau sudah mendapat jatah libur,”

Temanku yang lain menimpali.

Aku tersenyum sinis sambil meliriknya yang ku rasa juga sedang mendengarkan obrolan kami, “Aku hanya ingin bersenang-senang setelah putus dengan pacarku,”

“Wow! Kau putus dengannya setelah dua tahun dia hampir berusaha mendekatimu?”

“Hmm… Bukankah itu bagus? Karena pada akhirnya aku tidak berakhir dengan orang yang salah?”

“Tapi kenapa kalian putus? Ku pikir kalian adalah pasangan yang serasi?”

“Dia bermain dibelakangku,” jawabku terus terang.

“Bodoh sekali dia! Tega berselingkuh padahal kau sangat cantik sekali Yoona-ssi, aku penasaran bagaimana bentuk wanita penggoda itu!”

“Sudah ku bilang, kau seharunya menerima tawaran untuk menjadi kekasih ku!” kata salah satu teman laki-laki yang selalu merayu ku namun aku tahu bahwa dia hanya bercanda dengan rayuannya.

“Hahaha… Kau benar Junghan-ssi!” jawab ku.

“Ngomong-ngomong kenapa kau diam saja Yuri-ssi?” tanya salah seorang teman lagi.

Semuanya kemudian melihat kearah Yuri, wanita itu hanya menggeleng sambil tersenyum.

“Kau harus mencoba ini Yuri-ssi, karena ini enak sekali,”

Aku menghampirinya lalu memberikannya sepotong kue.

“Terimakasih,” balasnya pelan, ia tak berani melihatku.

“Terimaksih untuk apa?” aku pura-pura berfikir, “Oh! Sama-sama jika yang kau maksud adalah terimakasih karena telah merelakan Yesung kepadamu!”

Aku berbalik dan kulihat semua orang yang tadi berkumpul telah kembali ke tempat masing-masing.

Aku mengangkat bahu menuju ke mejaku ketika teman ku yang lain bertanya tanpa suara tentang apa yang telah terjadi pada kami.

Selanjutnya kami semua bekerja dalam diam, tak seperti biasanya. Mungkin karena ucapanku tadi suasana disekitar ku menjadi canggung. Hingga jam pulang pun tiba juga, aku membereskan barang-barangku dan mengambil tas yang kusimpan didalam lemari lalu menganti sandal dengan stilleto hitam yang selalu ku pakai ke kantor.

Malam ini aku telah ada janji dengan Siwon untuk makan malam bersama di sebuah resaturant. Sepertinya dia akan menagih jawabanku akan pertanyaanya yang ia utarakan ketika berada di pondok milik Hyori unnie. Karena saat itu aku tak menjawabnya dan tak berniat membahasnya lagi. Aku menggangap ajakannya untuk menikah hanyalah pertanyaan angin lalu, karena ia juga tak membahasnya lagi, atau mungkin dia sengaja memberiku waktu untuk berfikir.

Selain itu hubungan kami masih seperti yang lalu, kami semakin dekat apalagi dirinya sekarang tinggal bersebelahan dengan apartemen ku, padahal blok disampingku sebelumnya sudah terisi, aku tak tahu bagaimana ia bisa menempatinya.

Aku melambaikan tangan kearah Siwon yang sudah menunggu kedatangan ku. Dia terlihat tampan dengan setelan kemeja biru laut dengan motif garis-garis. Penampilannya justru terlihat seperti seorang eksekutif muda ketimbang seorang dosen, tapi kurasa ia menjadi the most hot lecture di kampus tempatnya mengajar, pasti banyak mahasiswinya yang menjerit melihatnya. Apalagi saat ini dua kancing kemeja atasnya terbuka sehingga aku bisa melihat bagian dalamnya.

“Apa kau selalu mengajar dengan pakaian seperti itu?”

“Apa ini terlihat buruk?”

“Maksudku, dua kancing kemejamu yang terbuka!”

“Ah, aku tadi merasa gerah,”

“Kau tidak sedang mengodaku bukan?”

“Apa kau merasa tergoda?”

“Sialan kau oppa!”

Aku memanggil pelayan lalu memesan makanan kami. Sembari menunggu, kami kemudian berbincang layaknya teman. Kami tertawa disela-sela obrolan kami. Banyak topik yang menjadi arah obrolan kami karena sejak dulu kami mempunyai kesukaan yang sama terhadap beberapa hal.

“Jadi bagaimana dengan tawaranku kemarin?” tanya Siwon sambil mengiris steak miliknya.

Makanan sudah tersaji didepan kami. Dua porsi wagyu dengan caramel machiato untukku dan arabican coffe untuknya.

“Tawaran apa?”

“Jangan pura-pura tidak tahu. Karena aku yakin kau masih mengingatnya,”

“Oh, tawaran tentang menikah itu?”

“Bagimana apa kau setuju?”

“Aku sudah mengatakannya bukan, bahwa aku tidak tertarik pada pernikahan yang artinya adalah, aku tidak ingin menikah,”

“Kau benar-benar serius dengan hal tersebut?”

Aku mengganguk lalu memasukan potongan steak kedalam mulutku.

“Kau belum mecobanya Yoong,”

“Untuk apa? Untuk menciptakan perpisahan diantara kita lalu kita bertengkar dan saling menjauh? Lagipula aku tidak mencintai mu oppa, maaf jika mengataknya lagi tapi sepertinya kau menginginkan pernikahan seperti orangtua mu yang penuh cinta, sedang aku tak bisa memberikannya untukmu,”

“Kau hanya belum mencintaiku,” terdapat penekanan pada kata belum dalam ucapannya.

“Aku pun tak masalah jika kau belum mencintaiku, karena akan ku buat kau mencintaiku,” lanjutnya dengan percaya diri.

“Ck! Percaya diri sekali kau oppa,”

Siwon memindahkan aneka sayur dari piringku ke dalam piringnya. Aku memang tak menyukai aneka sayuran kecuali kimchi. Apalagi kimchi buatan ibu Siwon, hhh itu lezat sekali.

“Kau terlihat berambisi untuk menikahi ku oppa!”

Siwon menatapku tajam, dia terlihat tersinggung dengan kata ambisi yang ku ucapkan.

“Ku rasa itu bukan ambisi, karena aku melakukannya demi kebahagiaan mu juga,”

“Kebahagiaan ku?” tanyaku sarkastik.

Siwon mengulum senyum melihatku. Dia tak berniat untuk mengatakan apapun setelahnya.

“Ngomong-ngomong dimana paman dan bibi Choi?” tanyaku setelah menghabiskan makanan kami.

“Mereka masih di Lancaster dan baru akan kembali setelah kau setuju menikah denganku,”

Aku menatap tajam kedalam kedua mata Siwon, “kau pasti bercanda!”

“Aku serius, akan ku telefon mereka jika kau tak percaya, ah tapi ku yakin mereka pasti sedang tidur sekarang,”

Aku menatap Siwon sekali lagi, “Kau tidak berbohong?”

“Astaga!” Siwon menjambak rambutnya, “Besok aku akan mengatur panggilan mereka dengan mu agar kau percaya padaku!”

“Ok!”

Seperti yang Siwon janjikan padaku kemarin, kini aku sedang menghadap layar laptop milik Siwon sembari menunggu Siwon mengatur panggilan kepada orang tuanya yang berada di Lancaster.

“Selesai,” Siwon menekan tombol Enter.

Dan,

“Hai Yoona?”

“Astaga!” aku tak bisa menutupi keterkejutan ku melihat mereka berdua, “Hai paman dan bibi Choi? Apakabar?” sapaku pada mereka.

“Hai sayang. Kami baik-baik saja, bagaimana kabarmu?”

“Aku juga baik bibi,”

“Sudah cukup lama ya kita tak bertemu, aku merindukanmu sayang!” kata bibi Choi.

“Aku juga bibi! Mmm, apakah benar jika kalian tinggal di Lancaster?”

“Tentu saja sayang, memang kenapa? Kau ingin aku pindah kesana?”

Aku tersenyum.

“Jadi, apakah kalian siap mengatakannya kepada kami? Dimana Siwon?”

Siwon meletakan secangkir espresso disebelah laptop lalu duduk disebelahku.

“Aku disini Eomma,”

“Jadi kapan tanggalnya?” tanya bibi Choi kepada Siwon kurasa.

“Tanggal apa?”

“Tentu saja pernikahan kalian sayang,”

Aku yang tengah meminum espresso buatan Siwon jadi tersedak ketika mendengarnya.

“Kau tak apa Yoona?” tanya bibi Choi.

“Tidak bibi, maaf,”

“Jadi kapan? Kalian tidak berniat menyembunyikannya dari eomma bukan?”

“Eomma, kita bicarakan itu nanti saja, karena Yoona belum menyetujinya,”

“Kenapa sayang?”

Bibi Siwon menatapku penasaran.

“Maaf bibi, tapi aku sedang tidak tertarik dengan pernikahan,”

Kulihat bibi Choi menghela nafas dan paman Choi kemudian memilih untuk pergi dari layar kaca sambil mengatakan ‘ini urusan wanita’ tanpa suara kepada Siwon.

“Siwon sudah menceritakannya padaku, aku turut bersedih untuk perceraian orang tua mu nak, tapi kau harus tahu bahwa kau dan Siwon bukanlah mereka. Kau hanya belum mencoba dan mengetahui bagaimana hasilnya, aku memang ingin kalian bersama namun aku juga tak akan memaksa mu, aku akan berdoa semoga kau bersedia untuk mencobanya karena jika Siwon meninggalkan mu maka aku adalah orang pertama yang akan menghajarnya!”

Aku tertawa mendengar ucapan terakhir bibi Choi. Dia masih sama seperti dahulu, menyenangkan dan sangat keibuan.

“Terimakasih bibi, aku pikir kau akan memaksaku,” kataku jujur.

“Tidak nak, kau berhak untuk memilih keputusan dalam hidupmu termasuk menikah atau tidak menikah, tapi jauh dilubuk hati yang terdalam, aku hanya ingin kau bahagia dan ku yakin Siwon adalah orang yang tepat,”

“Kau sangat baik padaku bibi, aku harap kita bisa bertemu, aku sangat merindukanmu,”

“Datanglah ke Lancaster sayang jika kau ingin,”

“Kenapa bibi tak tinggal di sini saja?”

“Urusan pamanmu masih banyak disini, lagi pula sudah ada Siwon disana,”

“Ya, aku tahu bi. Ngomong-ngomong aku jadi merindukan kimchi buatan bibi, bisakah bibi membagi resepnya padaku?”

“Tentu saja sayang, dengan senang hati aku akan membaginya padamu,”

Aku kemudian mengambil buku catatan kecil dan pulpen lalu menulis semua yang bibi ucapkan.

“Terimakasih bibi, apa kau ingin berbicara dengan Siwon?”

“Tidak sayang,”

“Kalau begitu, aku akan mematikan panggilan kita, semoga harimu menyenangkan bibi, salam untuk paman,”

“Kau juga, selamat tidur dan mimpi Indah,”

Aku mematikan paggilan video kami. Menutup laptop lalu berjalan menuju pintu.

“Aku pulang,” kataku pada Siwon yang duduk di meja makan dengan pekerjaannya.

“Jadi kau sudah percaya padaku?”

“Ya aku percaya,”

“Kau sudah yakin padaku?”

“Iya,” kataku malas.

“Jadi kau sudah setuju untuk menikah denganku?”

“Maksudmu?”

“Kau bilang bahwa kau sudah percaya dan yakin padaku itu artinya kau percaya bahwa aku orang yang tepat untuk menikah denganmu dan yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja bersamaku,”

Aku menghampirinya dan memegang dahinya dengan punggung tanganku.

“Kau demam ya? Tapi tidak panas. Ah! Mungkin otakmu sedikit bermasalah,”

“Aku serius Yoona!”

“Apa kau lapar?”

Kulihat Siwon menganggukkan kepalanya.

Aku berjalan menuju kulkas dan tak menemukan bahan masakan apapun didalamnya. Lalu membuka beberapa laci berharap menemukan mie instan tapi ternyata nihil.

“Astaga, tidak ada apa-apa disini, apa kau selalu makan diluar rumah?”

“Aku baru saja pindah Yoong! Aku belum sempat membeli bahan makanan,”

“Baiklah, kita sekarang ke tempatku! Aku akan memasak sesuatu untukmu,”

“Ok,”

Kami sudah berada ditempatku. Aku menyuruh Siwon untuk menunggu disofa sambil menonton televisi. Sedangkan aku berkutat di dapur untuk membuat makan malam kami yang terlambat karena panggilan antar negara tadi.

Kali ini aku memasak sesuatu yang mudah dan cepat. Mie ramen dengan seafood yang kebetulan masih ada didalam freezer.

Aku meletakan panci di atas alas anti panas yang sudah ada di atas meja makan. Menyiapkan dua mangkok, sumpit juga sendok untuk kami.

“Oppa kemarilah!”

“Hmm baunya lezat sekali,”

“Kau terlalu lama tinggal di Eropa, ku pikir bau ramen semuanya sama,”

Slurp…

Aku membiarkan Siwon makan terlebih dahulu. Dia terlihat menikmati masakan ku. Ia makan dengan cepat seakan ramen itu akan habis oleh orang lain, padahal aku belum ikut memakannya.

“Pelan-pelan oppa,”

Aku mengambil mug yang tergantung di gantungan kayu di atas meja lalu menuangkan air kedalamnya dan memberikannya pada Siwon.

Siwon tersenyum lebar kearahku, “Apakah seperti ini rasanya mempunyai seorang istri yang memaksakan makanan untukku juga memperhatikanku?”

Aku memilih tak menjawabnya, topik seperti itu bukan selera ku. Aku ikut menyumpit mi lalu memakannya.

“Sebaiknya aku tak perlu berbelanja, aku bisa makan ditempatmu,”

“Kau juga bisa sekalian pindah kemari jika kau mau oppa!”

“Benarkah?”

“Tidurlah disini, masih ada satu kamar kosong disamping kamarku,”

“Aku perlu dua kamar untukku dan buku-buku ku,”

“Yasudah, kalau begitu kamar kosong itu untuk buku-buku mu dan kau tidur di kamar ku,”

“Tunggu!” Siwon menghentikan kegiatan makannya, “kau tadi mengajakku untuk tidur bersama,”

“Katanya kau butuh ruang untuk buku-buku mu?”

“Jadi, apakah kau sering mengajak mantan kekasihmu itu untuk tidur bersamamu juga?”

Aku menaikkan kedua alisku tak paham dengan pertanyaanya, “maksudmu?”

“Kau sering tidur dengan mantan kekasihmu?”

Aku meletakan sumpitku dengan keras, “apa kau sedang mengangap ku murahan saat ini? Apa salahnya dengan tidur bersama? Lagipula kita hanya berbaring lalu menutup mata,”

“Maksudku…”

“Sudahlah, kau bisa pergi setelah menyelesaikan makanmu atau terserah apa maumu!” kata ku memotong ucapannya kemudian pergi meninggalkan Siwon lalu masuk kedalam kamar tidur dan menguncinya.

To Be Continue

Hallo? Apa kabar?

Hayo, yang nebak mereka langsung nikah sapa?

Thanks untuk responnya dipart kemarin teman-teman, ditunggu komentarnya yaa~

Sampai jumpa minggu depan^^

XOXO

Hanifah

64 thoughts on “[FF] Can We Get Married? – 2

  1. yoona mau tp malu x ya hehehe..
    siapa yg bs nolak pesona siwon, tampan kaya dan absnya ulala, semoga yoona cepet klepek klepek

    Like

  2. Itu pertanyaan yang agak gimana gitu? Menyinggung perasaan sekali, mungkin perkataan Yoona itu mengarah pada hal lain dipikiran Siwon. Ckckck, itulah kenapa kita harus berpikir dulu sebelum berbicara. Biar gak salah kejadian kek Siwon, hahaaa

    Cuuss, mau baca next-nya. Tapi, yang ketiga dipw yaa? Lompat aja dulu lah #nanya&jawabsendiri, wkwkkk

    SEMANGAAAAATTTT authooorrrr 💪💪💪

    Like

  3. Jadi disini si abang jadi dosen hmm ngga kebayang lah klo dosen hot dan ganteng nya overload kek dia hahaha… Aduhh~ itu yoong marah, mungkin pertanyaan si abang nyinggung harga diri nya tapi klo aku jadi bang won juga akan berfikir bgtu sih hehe.. Semoga marah nya ngga lama2 dan yoong cepet kasih jawaban ke abang won

    Ngga sabar baca kelanjutannya, terus semangat buat ceritanya kak 😉

    Like

  4. Seneng liat kedeketan yoona m keluarga
    Siwon oppa.. 😃😂
    Semoga dichapter selanjutanya yoona gak marah karna omonganx siwon oppa..
    Makin suka m jalan ceritanya
    Next..good job author..👍

    Like

  5. Keluarga Siwon udah open banget ke Yoona, tinggal Yoona aja yang harus membuka diri >< lanjut baca next chap biar gak penasaran lgi

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.